Kapan-Waktu-yang-Tepat-untuk-Mulai-Bayi-Tabung

[:id]Kapan Waktu yang Tepat untuk Mulai Bayi Tabung?[:]

[:id]Hamil dan melahirkan anak yang sehat merupakan dambaan dalam keluarga. Sayangnya, ada sekitar 10-15% pasangan suami istri yang mengalami kesulitan hamil atau bahkan mudah mengalami keguguran. Bayi tabung (IVF) adalah salah satu prosedur untuk bisa hamil. Namun, jika harus menjalaninya, kapan waktu yang tepat untuk bayi tabung? Saya akan menjelaskan selengkapnya untuk Anda.

Kapan bisa melakukan bayi tabung?

Bagi pasangan suami istri yang sudah menikah lebih dari satu tahun dan rutin melakukan hubungan intim tetapi belum hamil, sudah bisa mulai untuk program hamil. Sementara itu, untuk wanita berusia lebih 35 tahun yang belum kunjung hamil sebenarnya tidak perlu menunggu sampai satu tahun menikah.

Untuk wanita usia 35 tahun atau lebih, jika sudah 6 bulan pernikahan dan belum hamil, bisa langsung berobat. Pasangan yang telah program hamil secara alami atau inseminasi dan belum juga hamil, program bayi tabung menjadi pilihan. Bayi tabung bisa juga langsung menjadi program hamil jika masalah yang pasangan jumpai cukup berat tanpa melalui program inseminasi.

Jika Anda dan pasangan bertanya-tanya kapan waktu ideal untuk bisa mulai program bayi tabung, ketahui dahulu beberapa alasan sepasang suami istri perlu menjalani ini untuk berhasil punya anak.

Nah, kondisi yang membuat pasangan suami istri perlu melakukan bayi tabung yakni sebagai berikut.

  • Kedua saluran indung telur tersumbat.
  • Ada endometriosis yang derajat sedang dan berat.
  • Pada PCOS yang gagal pengobatan alami dan inseminasi.
  • Gangguan sperma yang berat jumlah sperma total kurang 5 juta, gerak, bentuk sperma yang tidak bagus dan Azoospermia.
  • Faktor usia wanita lebih 35 tahun atau cadangan sel telur sedikit (kurang dari 5).
  • Melakukan inseminasi berulang tapi tidak hamil.
  • Ada masalah secara bersamaan baik pada wanita dan pria.

Untuk mengetahui kondisi tersebut, Anda dan pasangan perlu evaluasi dan pemeriksaan USG, laboratorium hormon, dan pemeriksaan sperma. Anjuran kapan Anda dan pasangan bisa melakukan bayi tabung juga disesuaikan dokter dengan kondisi kesehatan masing-masing.

Baca Juga: Mengenal ICSI, Program Bayi Tabung untuk Pria yang Tidak Subur

Alur prosedur bayi tabung

Prosedur bayi tabung terbagi menjadi tiga tahapan, pra bayi tabung, proses, dan evaluasi. Berikut penjelasan lengkap seputar alur prosedur bayi tabung.

Pra bayi tabung

Pada tahap ini, pasangan suami istri akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Pemeriksaan yang akan Anda dan pasangan lalui yaitu seperti berikut.

  • Kondisi medis pihak pria dan wanita, seperti jantung, penyakit tiroid, hipertensi, gula, infeksi, HIV, hepatitis.
  • Pemeriksaan kondisi reproduksi yaitu rahim normal, cadangan telur, dan kualitas sperma.
  • Psikologis suami istri karena proses bayi tabung sangat panjang dan melelahkan.

Selain pemeriksaan di atas, Anda dan pasangan juga perlu menyiapkan waktu. Pasalnya, proses bayi tabung ini memakan waktu yang tidak sedikit.

Anda dan pasangan perlu memiliki waktu luang dan pekerjaan tidak terganggu.

Setelah semua pemeriksaan menyatakan Anda dan pasangan bisa melakukan program bayi tabung, lanjut ke proses berikutnya.

Baca Juga: Proses Melahirkan Bayi Kembar yang Harus Diketahui Calon Orangtua

Proses bayi tabung

Bagian ini terbagi menjadi empat tahap, mulai dari penyuntikan obat, sampai transfer embrio ke dalam rahim.

Berikut penjelasan lengkap seputar tahapan proses bayi tabung.

Tahap satu

Langkah-langkah dalam tahap satu pada proses bayi tabung adalah sebagai berikut.

  • Penyuntikan obat gonadotropin saat haid hari ke 2-3 di area pusar sebanyak 10-12 kali dalam sehari.
  • Tambahkan suntikan penahan pemecah telur.
  • Pematangan telur.

Tahap dua setelah suntikan

Langkah-langkah dalam tahap dua pada proses bayi tabung adalah sebagai berikut.

  • Pengambilan telur lewat vagina dengan penyedotan dan dokter memantau lewat USG
  • Pemilihan indung telur untuk pengawinan dengan sperma.
  • Pengawinan sel telur dan sperma sekaligus evaluasi perkembangan
  • Tunggu di lab 3-5 hari sebelum transfer embrio

Tahap tiga

Evaluasi perkembangan embrio di laboratorium selama 3-5 hari, sebelum transfer ke dalam rahim.

Di sini, dokter akan melihat apakah embrio berkembang dengan sempurna atau tidak.

Dokter akan memilih 2-3 embrio terbaik untuk ditransfer ke dalam rahim.

Tahap empat

Langkah-langkah dalam tahap empat pada proses bayi tabung adalah sebagai berikut.

  • Transfer embrio ke dalam rahim lewat vagina menggunakan kateter tanpa bius.
  • Tes kehamilan setelah 2 minggu transfer embrio.

Di dalam rahim, embrio masih terus beradaptasi untuk berkembang dengan baik. Jika embrio yang super tangguh dan rahimnya bagus, biasanya terjadi kehamilan.

Evaluasi proses bayi tabung

Setelah melalui proses bayi tabung, dokter akan melakukan evaluasi, apakah ada masalah pada tubuh ibu. Sebut saja, tumbuh kista di rahim, dokter akan membersihkannya. Proses dari tahap satu sampai transfer embrio sekitar 17-21 hari, kemudian menunggu tes hamil sekitar 2 minggu setelahnya.

Jadi, dari suntik sampai tes hamil membutuhkan waktu 5 minggu. Semua proses terjadi di rumah sakit dengan ruangan khusus untuk berhubungan dan mengeluarkan sperma. Oleh karena itu, pasangan perlu memahami kalau proses ini sangat lama dan peluang keberhasilan bayi tabung itu berbeda-beda setiap pasangan. Walau usianya sama, tergantung pada cadangan telur dan kualitas sperma.

Berapa jumlah embrio yang perlu ditanam dalam rahim?

Biasanya, dokter menanam 3 embrio dalam rahim dan terkadang juga 4 embrio. Ini tergantung dari jumlah embrio yang kami dapat.

Bila usia ibu masih muda, biasanya sekitar 2-3 embrio. Akan tetapi, bila usia ibu sudah menua, berapa saja embrio yang ada langsung melakukan penanaman ke dalam rahim. Hanya saja, pada program bayi tabung, tidak semua ibu yang menjalani program ini berhasil hamil. Setelah embrio masuk ke dalam rahim, sulit untuk menilai lebih lanjut.

Proses dilanjutkan dengan mempertimbangkan apakah embrio berhasil bertahan dengan kondisi rahim atau tidak sehingga tim dokter menunggu dua minggu untuk melakukan tes kehamilan.

Apakah program bayi tabung pasti berhasil?

Setelah pertanyaan Anda soal kapan bisa melakukan bayi tabung terjawab dan berhasil dijalani, Anda mungkin bertanya-tanya seberapa besar peluang kebesarannya.

Ini semua tergantung pada kualitas sperma dan indung telur. Untuk wanita usia 40 tahun ke atas, angka keberhasilannya 15-25 persen dengan catatan kondisi telurnya masih bagus. Sementara untuk usia produktif, keberhasilannya bisa di atas 50 persen. Pasalnya, sel telur dan sperma membawa kualitas yang berbeda dengan genetik masing-masing.

Kondisi yang membuat bayi tabung gagal yaitu berikut:

  • kualitas telur dan sperma,
  • embrio tumbuh di dalam rahim tetapi tidak berkembang secara sempurna, dan
  • reaksi penolakan dari rahim, faktor imunologi.

Pantangan selama melakukan program bayi tabung

Tidak ada pantangan khusus selama melakukan program bayi tabung. Calon ibu dan ayah bisa beraktivitas seperti biasa. Namun, kalau menjelang proses pengambilan telur, sebaiknya calon ibu istirahat satu hari sebelumnya. Sementara untuk olahraga masih boleh yang ringan-ringan, seperti jalan santai.

Setelah penyuntikan di hari ke-10 atau 11, lebih baik istirahat saja agar saat proses transfer embrio lebih optimal.

Risiko menjalani program bayi tabung

Menjalani program bayi tabung bisa menimbulkan efek yang tidak menyenangkan. Beberapa risiko yang bisa terjadi selama menjalani program bayi tabung adalah sebagai berikut.

  • Hiperstimulasi pada wanita yang sel telurnya banyak, biasa terjadi pada wanita muda dan PCOS.
  • Terjadi kehamilan kembar lebih dari 2 tetapi keguguran atau hamil di luar kandungan.
  • Biaya yang dikeluarkan, kelelahan fisik dan stres emosional.
  • Ketidaksempurnaan bayi (kelainan kongenital).

Berapa biaya program bayi tabung?

Untuk informasi biaya program bayi tabung di Royal IVF Clinic ayah dan bunda bisa menghubungi kami di nomor WhatsApp 0859-1065-24609[:]

[:id]Mengenal ICSI, Program Bayi Tabung untuk Pria yang Tidak Subur[:]

[:id]Saat pasangan susah punya anak, istri atau wanita sering kali dianggap memiliki masalah kesuburan atau infertilitas. Padahal, suami juga bisa memiliki gangguan kesuburan. Bila ini terjadi, prosedur ICSI atau intracytoplasmic sperm injection bisa menjadi solusinya.

ICSI atau intracytoplasmic sperm injection adalah prosedur penyuntikan satu sperma hidup langsung ke pusat sel telur (sitoplasma). Prosedur ini dapat membantu mencapai pembuahan bagi pasangan yang sulit memiliki anak, terutama bila infertilitas pria yang menjadi penyebabnya.

ICSI dapat digunakan sebagai bagian dari in vitro fertilization (IVF) atau yang lebih dikenal dengan bayi tabung. Royal IVF Clinic menyebut, hampir setengah dari semua perawatan IVF menggunakan prosedur ini. Adapun prosedur ini sering dilakukan saat IVF konvensional tak membuahkan hasil yang maksimal.

Apa tujuan dari prosedur ICSI?

Secara umum, ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mencapai proses pembuahan pada prosedur IVF, yaitu konvensional dan ICSI. Pada IVF konvensional, sekitar 50.000 sperma ditempatkan di sebelah sel telur dalam suatu cawan di laboratorium.

Pembuahan dapat terjadi ketika salah satu dari ribuan sperma tersebut berenang dan masuk ke sitoplasma sel telur. Meski begitu, terkadang, ada sperma yang tidak dapat menembus lapisan luar sel telur karena berbagai alasan.

Misalnya, karena lapisan luar sel telur terlalu tebal atau sperma yang memang tak bisa berenang dan mencapai sel telur tersebut. Lalu, ada pula sperma yang bisa menembus sel telur, tetapi tetap tak terjadi pembuahan karena alasan tertentu. Pada kasus-kasus ini, prosedur ICSI diharapkan bisa meningkatkan keberhasilan pembuahan.

Pasalnya, pada prosedur ini, sperma akan langsung disuntikkan ke dalam sel telur. Hal ini dapat mempermudah terjadinya pembuahan sehingga selanjutnya diharapkan bisa membuahkan kehamilan.

Adapun dengan proses tersebut, tingkat keberhasilan pembuahan ICSI disebut lebih tinggi dibandingkan dengan IVF konvensional. Sekitar 50-80% sel telur dapat dengan berhasil dibuahi oleh sperma jika menggunakan metode ICSI. Meski begitu, tingkat keberhasilan kehamilannya sama dengan IVF pada umumnya. Tingkat keberhasilan ini bergantung pada usia Anda saat menjalani prosedur serta masalah kesuburan yang Anda miliki.

Baca Juga: 5 Cara yang Bisa Dicoba agar Hamil Anak Laki-Laki

Siapa saja yang membutuhkan prosedur ini?

Prosedur ICSI biasanya direkomendasikan bila IVF konvensional tidak berhasil dilakukan. Selain itu, prosedur ini cenderung dilakukan bila infertilitas pada pria atau suami menjadi penyebab Anda sulit mendapatkan kehamilan.

Berikut adalah beberapa kondisi yang umumnya direkomendasikan prosedur ICSI.

  • Suami memproduksi jumlah sperma yang sedikit.
  • Terdapat masalah pada sperma, seperti bentuk sperma yang tidak normal, sperma tidak mampu menembus sel telur, atau kemampuan gerak sperma yang lambat.
  • Masalah dengan ereksi dan ejakulasi, seperti akibat diabetes atau cedera tulang belakang.
  • Pernah menjalani vasektomi dan vasektomi reversal. Pada vasektomi reversal, prosedur ICSI tetap direkomendasikan karena adanya antibodi sperma yang dapat memengaruhi pembuahan.

Selain itu, mungkin ada beberapa kondisi lainnya yang direkomendasikan untuk menjalani ICSI. Konsultasikan dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.

Lihat Juga: Jadwal Praktek Dokter Royal IVF

Bagaimana prosedur ICSI dilakukan?

Secara garis besar, prosedur ICSI sama dengan IVF pada umumnya. Prosedur ini melibatkan proses pengambilan sperma dari suami dan sel telur dari istri, kemudian disatukan dalam satu cawan di laboratorium, lalu dipindahkan ke dalam rahim wanita bila embrio sudah terbentuk.

Proses pengambilan sperma dari suami pun sama. Umumnya, sperma bisa diambil melalui ejakulasi mandiri pada hari yang sama dengan pengambilan sel telur atau proses pembedahan bila ejakulasi terkendala.

Meski secara umum prosesnya sama, prosedur ICSI memiliki perbedaan dari cara penyatuan sperma dan sel telurnya. Pada IVF konvensional, sperma tetap akan berenang dengan sendirinya menuju sel telur. Sementara pada prosedur intracytoplasmic sperm injection, sperma akan disuntikkan langsung ke dalam sel telur. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah proses penyatuan sperma dan sel telur pada prosedur ICSI, sebagaimana yang tertulis dalam laman American Pregnancy Association.

  • Sel telur yang sudah matang diangkat dan dipegang dengan pipet khusus.
  • Jarum yang sangat halus, tajam, dan berongga akan digunakan untuk mengambil sperma.
  • Jarum kemudian dimasukkan ke dalam sitoplasma sel telur secara hati-hati dengan menembus bagian luar sel telurnya.
  • Sperma disuntikkan secara hati-hati ke dalam sitoplasma, dan jarum secara perlahan dikeluarkan.
  • Sel telur yang sudah dibuahi kemudian diperiksa pada hari berikutnya untuk mencari tahu apakah terjadi pembuahan.

Bila pembuahan berhasil, transfer embrio akan dilakukan ke dalam rahim wanita. Dua minggu setelah proses transfer tersebut, Anda bisa menggunakan tes kehamilan untuk mengetahui apakah prosedur IVF yang Anda lakukan telah berhasil.

Baca Juga: Mengenal Teknik Persalinan ERACS, Operasi Caesar yang Lebih Nyaman

Adakah risiko dari prosedur ICSI

Intracytoplasmic sperm injection memiliki sejumlah risiko yang tidak dimiliki prosedur program kehamilan lainnya.

Berikut adalah beberapa risiko ICSI yang bisa terjadi.

  • Kemungkinan sel telur rusak saat disuntik dengan sperma.
  • Sel telur tetap tidak berkembang menjadi embrio setelah disuntik dengan sperma.
  • Cacat lahir, cacat genetik, atau kelainan kromosom pada bayi yang dilahirkan. Namun, risiko ini terjadi karena masalah infertilitas atau usia ibu saat hamil, bukan karena prosedur ICSI yang dilakukan.
  • Kemungkinan bahwa anak laki-laki yang dilahirkan dapat mewarisi ketidaksuburan ayahnya. Namun, risiko ini masih belum terbukti secara pasti.

Risiko-risiko ini memang tidak selalu terjadi. Namun, apa pun program kehamilan yang Anda pilih, sebaiknya konsultasikan kepada dokter. Dokter akan membantu menentukan program kehamilan yang tepat sesuai kondisi Anda dan pasangan.

Sumber: hellosehat.com[:]

Proses-Melahirkan-Bayi-Kembar-yang-Harus-Diketahui-Calon-Orangtua-2

[:id]Proses Melahirkan Bayi Kembar yang Harus Diketahui Calon Orangtua[:]

[:id]Melahirkan anak kembar mungkin membuat ibu menjadi lebih gugup, apalagi bila ini pengalaman kelahiran pertama kali. Tak perlu khawatir, hal ini wajar karena calon orangtua akan menyambut kehadiran dua bayi sekaligus.

Apa bedanya melahirkan anak kembar dengan persalinan biasa?

Bila ibu hamil anak kembar, diskusikan rencana melahirkan dengan dokter kandungan atau bidan secepatnya. Calon orangtua akan dianjurkan untuk melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin dengan fasilitas yang memadai, bukan melahirkan di rumah.

Ini karena melahirkan bayi kembar memiliki risiko komplikasi persalinan yang lebih tinggi daripada persalinan satu bayi. Bahkan, untuk mengurangi risiko komplikasi tersebut, pada kebanyakan kasus, dokter dan bidan mungkin sudah merencanakan dan menentukan tanggal melahirkan bayi kembar Anda lebih cepat.

Tepatnya, yaitu pada trimester ketiga atau saat usia kehamilan 34 minggu. Ini juga diperlukan karena kemungkinan kontraksi rahim yang lebih cepat seperti penjelasan di atas. Namun umumnya, induksi persalinan tidak disarankan untuk proses melahirkan bayi kembar karena tingkat risiko perdarahannya sangat tinggi.

Diskusikan lebih lanjut dengan dokter dan bidan untuk detailnya karena kondisi dan kehamilan setiap orang itu berbeda-beda.

Hal yang perlu dipersiapkan sebelum melahirkan anak kembar

Sebenarnya, mempersiapkan sebelum hari melahirkan anak kembar tiba sama saja seperti bersiap diri sebelum menjalani proses persalinan pada umumnya. Itu sebabnya, membekali diri dengan beragam pengetahuan mengenai tahapan melahirkan penting sebagai bentuk persiapan diri Anda.

Di samping itu, mengutip dari Kids Health, Anda bisa berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter mengenai metode persalinan apa yang kemungkinan akan dijalani nantinya.

Misalnya, merencanakan akan melahirkan anak kembar dengan metode melahirkan normal ataupun operasi caesar. Bahkan, ibu juga bisa menentukan pilihan untuk melahirkan normal dengan posisi persalinan yang paling nyaman.

Sekali pun dokter memperbolehkan untuk merencanakan proses melahirkan anak kembar secara normal, ibu tetap harus bersiap untuk kemungkinan lain. Pasalnya, bukan tidak mungkin ibu harus menjalani operasi caesar saat melahirkan bayi normal karena satu dan lain hal.

Baca Juga: Bu! Ini Tips agar Cepat Sembuh Setelah Operasi Caesar

Bisakah proses melahirkan bayi kembar dilakukan secara normal?

Hamil bayi kembar tidak menutup kemungkinan untuk menjalani proses melahirkan secara normal atau melalui vagina.

Proses melahirkan bayi kembar secara normal mungkin saja dilakukan apabila Anda memenuhi syarat-syarat berikut ini.

  • Kondisi kehamilan sehat.
  • Ibu dan bayi di dalam kandungan tidak berisiko mengalami komplikasi.
  • Bayi-bayi tidak identik (tidak berbagi plasenta yang sama).
  • Bayi pertama tidak sungsang.
  • Plasenta tidak menghalangi jalan lahir.
  • Semua bayi sehat dan berkembang sebagaimana mestinya

Selanjutnya, dokter akan membimbing Anda untuk menerapkan cara mengejan saat melahirkan dan teknik pernapasan saat melahirkan.

Bagaimana proses melahirkan bayi kembar secara normal?

Pada dasarnya, proses melahirkan bayi kembar hampir mirip dengan proses melahirkan satu anak secara normal. Dokter akan memasangkan alat monitor pada perut ibu bersalin untuk memantau kondisi bayi-bayi Anda dalam kandungan. Setelah ketuban pecah, dokter mungkin memasangkan fetal scalp clip pada kepala bayi pertama untuk memantau aktivitas jantungnya.

Anda tidak perlu khawatir, karena alat ini aman digunakan bagi ibu dan bayi selama proses melahirkan bayi kembar. Kemudian, bayi akan dilahirkan satu per satu, tergantung pada metode persalinan yang Anda pilih bersama dengan tim medis. Setelah bayi pertama lahir, Anda bisa beristirahat sebentar sembari dokter memeriksa posisi bayi kedua dan melakukan pemeriksaan vagina.

Tak lama setelah kelahiran bayi pertama, leher rahim Anda akan membuka lagi untuk memberi jalan bagi bayi berikutnya. Jika ternyata bayi kedua (atau ketiga dan keempat) posisinya sungsang, dokter mungkin harus membenarkan dulu posisinya sebelum dikeluarkan. Dalam kasus yang sangat langka, bayi selanjutnya akhirnya harus dilahirkan lewat operasi caesar untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi.

Bila semua bayi Anda telah lahir, bidan dan dokter akan langsung memeriksa kondisi bayi-bayi Anda. Tim medis akan lantas menentukan apakah bayi Anda kembar identik atau tidak melalui plasentanya. Cara lain untuk memeriksa apakah bayi kembar identik atau tidak yaitu melalui tes genetik (DNA).

Baca Juga: Sukses Bayi Tabung untuk Mums dan Dads

Proses melahirkan anak kembar melalui operasi caesar

Ketimbang melahirkan dengan metode normal, kebanyakan bayi kembar memang dilahirkan secara operasi caesar. Ibu mungkin disarankan untuk melahirkan anak kembar dengan operasi caesar kalau Anda dan bayi memiliki risiko komplikasi.

Berikut beberapa kondisi yang mengharuskan Anda untuk melahirkan bayi kembar melalui operasi caesar.

  • Posisi bayi pertama sungsang.
  • Bayi-bayi Anda berbagi satu plasenta.
  • Masalah lain pada plasenta seperti plasenta previa.
  • Anda pernah kesulitan melahirkan normal pada persalinan sebelumnya.
  • Anda sudah pernah melahirkan caesar.
  • Kondisi gawat janin.
  • Salah satu, kedua, atau ketiga bayi Anda mengalami masalah pertumbuhan dalam kandungan.
  • Preeklampsia yang tidak bisa ditangani dengan obat-obatan.
  • Prolaps tali pusat.
  • Proses persalinan sudah berlangsung terlalu lama.

Ibu mungkin hanya diberikan bius epidural yang akan membuat bagian pinggul ke bawah mati rasa. Dengan begitu, ibu masih akan tetap terjaga selama dokter melakukan pembedahan. Dalam kasus khusus dan gawat darurat, ibu dapat diberikan bius total sehingga tidak sadarkan diri selama persalinan berlangsung.

Bayi akan diangkat satu per satu dalam persalinan caesar. Urutan bayi kembar mana yang akan diangkat terlebih dahulu dalam metode melahirkan caesar tergantung pada posisi dan plasenta bayi di dalam kandungan.

Baca Juga: Mengenal Teknik Persalinan ERACS, Operasi Caesar yang Lebih Nyaman

Melahirkan bayi kembar dengan kombinasi normal dan caesar

Selain proses melahirkan bayi kembar dengan cara normal melalui vagina serta secara operasi caesar, ternyata keduanya juga bisa terjadi bersamaan. Ya, Anda bisa melahirkan anak kembar dengan metode persalinan normal dan caesar sekaligus.

Ada kemungkinan ibu melahirkan bayi kembar pertama dengan metode normal melalui vagina, dan bayi kedua dilahirkan melalui operasi caesar. Hanya saja, melahirkan anak kembar dengan dua metode ini terbilang cukup langka.

Biasanya, melahirkan bayi kembar dengan kombinasi dua metode melahirkan ini dilakukan dalam keadaan darurat. Ambil contohnya bayi mengalami prolaps tali pusat atau abruptio plasenta.

Sumber: hellosehat.com[:]

[:id]Royal IVF Clinic[:en]Royal IVF Clinic[:]